Penentuan markas besar-nya sendiri kenapa di Kiaracondong, belum diketahui, kemungkinan besar Kang Bahar mulai “merintis karir” menjadi seorang preman di wilayah Kiaracondong. Perkiraan tersebut saya dasarkan pada salah satu episode dimana Kang Bahar bernostalgia di Stasiun Kereta Api Kiaracondong, dimana ia menceritakan kepada Amin yang merupakan supirnya, bagaimana dengan modal nekad dia berangkat dari Garut menuju Bandung menggunakan kereta api, dimana perhentian terakhirnya yaitu di Stasiun Kereta Api Kiaracondong.
Kang Bahar boleh dikatakan profil yang mewakili kebanyakan para pendatang dari luar kota yang turun di Stasiun Kereta Api Kiaracondong yang hendak mengadu nasib di kota kembang ini – berpenampilan sederhana, beberapa di antaranya membawa dagangan, kebanyakan tanpa kemampuan yang mencukupi, dengan berbagai impian indah yang ada di benaknya. Jika ternyata impian tidak sesuai dengan kenyataan, maka salah satu shortcut-nya dapat memulai bisnis “jasa keamanan paksa” a.k.a preman, seperti jalan yang ditempuh Kang Bahar.
Wilayah Kiaracondong sendiri, kalau kata Saep (copet yang jadi teman si Ubed) mah “Cocok” dijadikan tempat untuk melakukan usaha “jasa keamanan paksa” tersebut. Di sana ada pasar, ada PKL yang ngabisin space-nya para pejalan kaki, ada angkot yang seneng banget ngetem di sana yang implikasinya bisa buat “antrian panjang”, kemudian tentu saja ada stasiun kereta api, membuat wilayah yang semrawut tersebut menjadi “target pasar” yang luar biasa besar bagi para pelaku bisnis tersebut.
Wilayah Kiaracondong padat populasi dan pemukiman ini memang sarat dengan sejarah konstruksi 'per'besian'
Namun di balik padatnya populasi dan pemukiman ini, di Kiaracondong terdapat sebuah BUMN besar penghasil berbagai senjata yang sebenarnya bisa digunakan untuk “menertibkan” para preman tersebut (ini mungkin terlalu ekstrim :)).
Perusahaan yang nama awalnya adalah Artillerie Constructie Winkel (ACW), sebelum kemudian berganti nama menjadi Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM), dan saat ini bernama Pindad, boleh kita acungin jempol. Produk-produk yang dihasilkannya sudah mampu menyuplai kebutuhan senjata untuk para tentara kita, bahkan negara adidaya – Amerika Serikat, pernah memesan amunisi buatan Pindad ini, sesuatu hal yang luar biasa bagi negeri yang kedelai dan beras saja masih banyak impor.
Pabrik Senjata kiara condong Bandung |
Menurut sejarahnya, awal mulanya perusahaan ini berada di Surabaya sebelum akhirnya dipindahkan ke Bandung pada tahun 1923, di mana tentu saja para pegawai-nya yang udah paham di bidang persenjataan juga ikut hijrah ke Bandung. Banyaknya pegawai dari Surabaya tersebut yang ikut hijrah ke Bandung dengan lokasi tempat tinggal-nya yang saling berdekatan, membuat lokasi yang mereka tempati disebut dengan Babakan Surabaya.
Pada awal pengoperasiannya, pengiriman bahan baku pembuatan senjata dikirim menggunakan kereta api, sebelum akhirnya dengan kemajuan zaman, pengiriman bahan baku dialihkan menggunakan truk kontainer. Bekas jalur kereta api-nya sendiri yang masih dapat dengan jelas kita lihat, dapat ditemui di Jalan Sukapura.
Sisa rel jaman belanda yang nongol di depan pintu gerbang (aleut.wordpress.com) |
https://aleut.wordpress.com/tag/preman-pensiun/